* *
Heboooohhh!
Semua mengabarkan tentang seorang Dewi 'Dee' Lestari dengan pernikahannya yang kedua. Pastinya laaah ...
Pernikahan yang belum dikonfirmasikan oleh pelaku tentang kebenarannya itu terjadi hanya dalam jangka waktu 2 bulan setelah ketok palu perceraiannya dengan Marcell.
Berbagai konspirasi pun muncul karenanya.
Ada yang bilang, 'Gila! Berarti dia selingkuh dong waktu masih sama Marcell!'. Ada juga yang bilang, 'Katanya ngga pacaran sama si Reza Gunawan .. kok sekarang kawin juga?!'. Ada juga yang memberikan komentar, 'Berarti memang sudah jodohnya tuh .. lagian si Marcell juga udah pacaran sama Rima kok!'.
Macam-macam tanggapan orang.
What should we do?
Ocehan saya:
Setelah membaca (salah satu) blog Dee, di situ terbaca bahwa Dee berusaha mengemukakan kebenaran atas penilaian terhadap dirinya, Marcell, dan Reza. Mengemukakan kebenaran --yang setelah desas desus pernikahan keduanya bersama Reza muncul-- samar berubah menjadi sebuah pembenaran.
Pembenaran atas apa yang telah terjadi atas pernikahan mereka. Sebuah pernikahan yang mungkin saja terasa hambar untuk mereka. Pernikahan yang bumbunya terlalu berlebihan, hingga rasa yang diciptakannya pun menjadi tak enak lagi untuk dinikmati.
Pernah seseorang mengatakan pada saya: 'Saya jenuh. Saya bosan dengan rutinitas kebahagiaan yang saya rasakan dalam rumah tangga saya'.
Dan rasa itu yang mendorongnya untuk mencintai wanita lain dalam hidupnya. 'Dia pelengkap puzzle hidup saya', demikian dia menempatkan wanita lain itu dalam hidupnya.
Mungkin itu juga yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga Dee & Marcell. Setelah beberapa saat mereka bersama, menikmati masakan rumah tangga mereka, merajut harapan, dan mulai terbentur gelombang-gelombang kehidupan, hingga akhirnya mereka sampai pada kesepakatan: we can't be like this all the time, we can't be together, so let's find the heart.
Sementara segala sesuatu masih belum diputuskan (legally), tapi hati mereka telah menjauh. Tak ada lagi jiwa yang mampu dipersatukan oleh kenangan. Tak ada lagi raga yang dapat berdekatan dalam ikatan yang sama. Hanya ada dua pribadi yang sama-sama berusaha memenuhi ke-aku-an masing-masing.
Seseorang pernah berkata, 'Gue suka sama lu. Memang, aku tau. Ini sisi kelaki-lakianku yang bicara. Gue egois. Tapi memang gue suka sama lu!'. Demikian kurang lebih kalimatnya (maaf, saya agak-agak lupa).
Bahagia itu memang egois. Kenapa? Ya karena yang bisa merasakan kita bahagia atau tidak adalah kita sendiri. Yang mampu membahagiakan diri kita, adalah kita sendiri. Kalaupun orang lain (sepertinya) mampu membahagiakan kita, itu semu. Karena suatu saat, mereka bisa menyakiti.
Buat Dee & Marcell, selamat atas keputusan kalian dalam mencari kebahagiaan dalam hidup. Selama mampu mempertanggung jawabkan sebuah keputusan, tak ada yang salah dengan keputusan itu. Yang salah adalah apabila kita lari dari akibat dari sebuah keputusan.
Maaf kalau apa yang saya sampaikan terkesan menggurui. Atau mungkin ada yang berkomentar, 'Look who's talkiiiingggg!!!'
Ndak papa .... I'm cool!
Saya masih hidup. Dan saya belajar. Apakah hasil belajar saya sempurna? Pasti tidak!
Tak ada juara dalam hidup kan?
Pisss bro .... ;)
Tuesday, November 18, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment